Dalam beberapa tahun terakhir, vape atau rokok elektrik menjadi tren gaya hidup yang semakin populer, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Banyak yang menganggap vape sebagai alternatif “lebih aman” dibandingkan rokok tembakau konvensional. Namun, berbagai penelitian ilmiah terbaru menunjukkan bahwa anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Faktanya, penggunaan vape dapat menimbulkan dampak buruk serius bagi kesehatan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut ulasan lengkap dan komprehensif mengenai dampak buruk vape, serta bagaimana masyarakat perlu menyikapi tren ini dengan lebih bijak.
Apa Itu Vape?

Dampak buruk vape, perangkat elektronik yang mengubah cairan (liquid) menjadi uap yang dihirup oleh pengguna. Cairan tersebut biasanya mengandung nikotin, propilen glikol, gliserin, dan zat perasa. Berbagai merek dan jenis vape menawarkan rasa yang bervariasi, mulai dari buah-buahan hingga rasa manis seperti karamel atau vanila, yang menjadikannya sangat menarik, terutama bagi pengguna muda.
Meskipun tidak menghasilkan asap seperti rokok biasa, uap vape tetap mengandung zat kimia berbahaya, yang bisa berdampak serius pada sistem pernapasan dan organ tubuh lainnya.
Dampak Buruk Vape bagi Kesehatan
Gangguan Paru-Paru dan Pernapasan
Penelitian dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa penggunaan vape dapat menyebabkan penyakit paru-paru akut, seperti EVALI (E-cigarette or Vaping product use-Associated Lung Injury).
Gejala yang umum muncul:
- Sesak napas
- Batuk kronis
- Nyeri dada
- Napas berbunyi (wheezing)
Beberapa kasus bahkan menunjukkan bahwa pengguna vape mengalami kerusakan permanen pada jaringan paru-paru, yang dapat berujung pada gagal napas.
Ketergantungan Nikotin
Meskipun dipromosikan sebagai cara untuk berhenti merokok, sebagian besar cairan vape tetap mengandung nikotin, zat adiktif yang sama seperti pada rokok biasa. Nikotin memiliki efek stimulasi pada otak dan sistem saraf, yang menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis.
Penggunaan vape dalam jangka panjang dapat membuat pengguna:
- Sulit berhenti
- Mengalami gejala putus nikotin
- Beralih ke konsumsi tembakau
Dampak Buruk Vape: Gangguan Jantung dan Sistem Kardiovaskular
Nikotin dalam vape tidak hanya berdampak pada otak, tetapi juga meningkatkan tekanan darah, detak jantung, dan risiko penyakit jantung. Beberapa studi mengungkapkan bahwa penggunaan vape dapat memperbesar risiko:
- Serangan jantung mendadak
- Stroke
- Gangguan aliran darah ke otak
Zat kimia lain dalam cairan vape juga berpotensi merusak pembuluh darah secara bertahap.
Risiko Kanker Akibat Paparan Zat Kimia Berbahaya
Meskipun tidak mengandung tar seperti rokok konvensional, uap vape tetap mengandung zat karsinogenik, seperti formaldehida, asetaldehida, dan akrolein. Paparan jangka panjang terhadap zat ini dapat meningkatkan risiko kanker, terutama kanker paru, kerongkongan, dan mulut.
Dampak Buruk Vape: Kerusakan Gigi dan Mulut
Vape juga dapat menyebabkan:
- Mulut kering
- Gusi bengkak dan berdarah
- Gigi menguning
- Bau mulut kronis
Kandungan zat kimia dalam uap vape mengganggu keseimbangan bakteri alami di mulut, yang mempercepat kerusakan enamel gigi dan peradangan gusi.
Dampak Buruk pada Remaja dan Perkembangan Otak
Salah satu kelompok paling rentan terhadap bahaya vape adalah remaja. Otak manusia masih berkembang hingga usia 25 tahun, dan paparan nikotin selama masa perkembangan ini dapat:
- Mengganggu fungsi memori dan konsentrasi
- Meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan depresi
- Mendorong perilaku adiktif lainnya
WHO bahkan menyatakan bahwa meningkatnya tren vape di kalangan pelajar adalah “krisis kesehatan masyarakat yang harus segera ditangani”.
Mitos vs Fakta Tentang Vape
Mitos | Fakta |
---|---|
Vape lebih aman dari rokok biasa | Vape tetap mengandung nikotin dan zat kimia berbahaya |
Vape membantu berhenti merokok | Banyak pengguna justru beralih ke penggunaan ganda (dual-use) |
Uap vape hanya “air rasa” | Uap mengandung zat beracun dan logam berat |
Vape tidak membuat ketagihan | Nikotin dalam vape tetap menyebabkan kecanduan |
Vape tidak berdampak pada orang sekitar | Paparan secondhand vape juga berbahaya, terutama untuk anak-anak dan ibu hamil |
Regulasi dan Tanggapan Pemerintah
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mengingatkan masyarakat akan potensi bahaya rokok elektrik. Meski belum ada larangan total, regulasi terkait peredaran dan promosi vape mulai diperketat.
Di beberapa negara lain seperti Thailand, Singapura, dan Brasil, penggunaan vape sudah dilarang total. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok elektrik.
Vape Bukan Solusi, Tapi Ancaman Baru
Meski sering dipromosikan sebagai gaya hidup modern yang lebih “aman”, kenyataannya vape menyimpan dampak buruk yang tak kalah serius dibanding rokok biasa. Dari ketergantungan nikotin, kerusakan paru-paru, hingga risiko penyakit jantung dan kanker—semua itu dapat terjadi bahkan dalam waktu singkat.
Langkah terbaik bukan mengganti rokok dengan vape, melainkan berhenti total dari kebiasaan merokok dalam bentuk apa pun. Edukasi publik, regulasi ketat, dan dukungan dari keluarga serta lingkungan sosial menjadi kunci penting dalam mengurangi dampak buruk tren vape di masyarakat.