Pendaki Berjubah Putih di Gunung Lawu Diduga Lakukan Ritual Magetan – Gunung Lawu kembali jadi sorotan publik setelah viral video dan foto rombongan pendaki mengenakan jubah putih yang mendaki pada malam 1 Suro. Kejadian tersebut sontak menimbulkan tanda tanya di kalangan pendaki lain maupun masyarakat luas, mengingat Gunung Lawu selama ini memang dikenal sebagai salah satu destinasi spiritual dan sakral di Jawa. Apakah benar mereka melakukan ritual Bulan Suro? Berikut ulasan lengkapnya, mulai dari kronologi, analisa fenomena, hingga respons pengelola dan masyarakat adat.
Kronologi Kejadian – Rombongan Jubah Putih Mendaki Lawu
Viral di Media Sosial
Pada awal Bulan Suro 2025, beberapa pendaki membagikan rekaman video dan foto di media sosial yang memperlihatkan rombongan orang mengenakan jubah putih naik ke puncak Lawu melalui jalur Cemoro Sewu. Rombongan yang jumlahnya lebih dari sepuluh orang itu terlihat berjalan tenang dan tak banyak bicara, sementara beberapa membawa tas kecil dan perbekalan secukupnya.
Pendaki Lain Merasa Tak Biasa
Kesaksian pendaki lain menyebutkan, suasana malam itu terasa lebih hening dari biasanya. Mereka juga memperhatikan, rombongan jubah putih memilih waktu pendakian yang bertepatan dengan malam 1 Suro—waktu yang dipercaya sakral dalam tradisi Jawa.
Bulan Suro dan Tradisi Ritual di Gunung Lawu
Makna Bulan Suro dalam Tradisi Jawa
Bulan Suro atau Muharram dalam kalender Islam Jawa dikenal sebagai bulan yang penuh makna mistik dan spiritual. Malam 1 Suro dianggap saat paling sakral untuk melakukan tirakat, ritual penyucian diri, hingga berbagai bentuk laku prihatin.
Gunung Lawu, Destinasi Spiritual Sejak Zaman Majapahit
Gunung Lawu sudah lama dikenal sebagai tempat bertapa dan ritual sejak era Majapahit. Banyak tokoh dan peziarah mengaitkan Lawu dengan cerita Prabu Brawijaya V yang moksa di puncak Lawu. Sampai hari ini, Lawu jadi salah satu titik utama perayaan spiritual di Bulan Suro, baik untuk laku tirakat, meditasi, maupun ziarah ke makam-makam keramat di jalur pendakian.
Dugaan Ritual Rombongan Jubah Putih
Aktivitas yang Diduga Ritual Kejawen
Berdasarkan penelusuran, beberapa aktivitas yang biasa dilakukan di Lawu saat Bulan Suro meliputi:
- Meditasi di pos-pos tertentu (Sendang Drajat, Pasar Dieng, Puncak Hargo Dalem).
- Membaca doa-doa khusus atau mantra Jawa.
- Puasa mutih (hanya makan nasi putih dan air putih) selama beberapa hari.
- Menggelar prosesi dengan pakaian serba putih sebagai simbol penyucian diri.
Kesaksian Pengelola dan Warga Sekitar
Pihak pengelola basecamp Lawu membenarkan adanya lonjakan pendaki dengan tujuan spiritual setiap malam 1 Suro. “Memang ada beberapa rombongan yang naik tanpa banyak bicara, biasanya mereka izin untuk laku prihatin atau ritual Suroan,” ujar salah satu petugas. Sementara, warga sekitar pun mengaku sudah terbiasa, selama tidak merusak dan tetap menghormati adat serta lingkungan.
Reaksi Pendaki dan Masyarakat
Pro dan Kontra di Dunia Maya
Fenomena ini menimbulkan pro kontra di media sosial. Sebagian netizen menganggap hal itu wajar sebagai bagian dari tradisi Jawa, namun tidak sedikit pula yang mempertanyakan keamanan dan mengaitkannya dengan praktik mistik yang ekstrem.
Etika dan Aturan Mendaki Saat Ritual
Sebagai tempat umum, Gunung Lawu tetap menerapkan aturan ketat soal keselamatan dan tata tertib pendakian. Pihak basecamp menegaskan, setiap rombongan—baik yang melakukan ritual atau sekadar hiking—wajib melapor, membawa logistik cukup, tidak mengganggu pendaki lain, dan tidak melakukan kegiatan yang melanggar hukum.
Perspektif Budaya – Ritual Suroan, Antara Warisan dan Tantangan Zaman
Tradisi Laku Prihatin, Warisan Leluhur yang Dihormati
Ritual Suroan merupakan bagian dari kearifan lokal Jawa yang diwariskan turun-temurun. Intinya adalah introspeksi, penyucian batin, serta mempererat hubungan manusia dengan alam dan Sang Pencipta. Simbol jubah putih dalam tradisi ini diyakini menandakan kebersihan niat dan laku.
Tantangan Modernisasi dan Kesadaran Kolektif
Meski tradisi tetap dijaga, masuknya banyak pendaki generasi muda yang kurang memahami makna ritual bisa menimbulkan gesekan. Edukasi dan komunikasi menjadi kunci agar pendakian di Lawu tetap aman, damai, dan saling menghormati.
Tips dan Etika Jika Menemui Ritual Saat Mendaki Gunung Lawu
Hormati Aktivitas Spiritualitas
Jika bertemu rombongan yang sedang melakukan ritual, sebaiknya tidak mengambil foto tanpa izin, tidak mengganggu, serta menjaga jarak dan suara.
Jaga Kebersihan dan Lingkungan
Semua pendaki wajib menjaga kebersihan, tidak meninggalkan sampah, dan tidak mengambil atau merusak benda-benda sakral di area Lawu.
Lapor Jika Ada Aktivitas Mencurigakan
Jika menemui kegiatan di luar nalar atau yang membahayakan diri sendiri/orang lain, segera laporkan ke petugas basecamp.
Gunung Lawu, Simbol Persilangan Alam dan Spiritualitas
Fenomena rombongan pendaki berjubah putih di Gunung Lawu yang diduga melakukan ritual Bulan Suro menegaskan bahwa gunung ini bukan sekadar destinasi wisata alam, tapi juga ruang spiritual dan budaya yang dijaga banyak generasi. Selama kegiatan berjalan damai, menjaga etika, dan tak merusak lingkungan, Lawu tetap menjadi titik persilangan harmoni antara alam, manusia, dan spiritualitas. Bagi para pendaki, mari terus rawat kearifan lokal, hormati tradisi, dan jadikan Lawu rumah bersama yang penuh makna.